Minggu, 24 Mei 2009
di atas bumi gaza
ini hanya sejumpit kisah
kami torehkan
dalam hari yang hambar
tak pernah tercium bau
wangi embun pagi
Shubuh yang dingin
Embun menyergap erat
Sedang di langit rembulan nampak semu menggelantung.
rumput senja yang penuh bubuk
pun mengalirkan aroma tak sedap
sedang para binatang neraka naik
menuju peraduannya
di atas bumi gaza
kami yang hidup antara bulan merah
kami yang hidup di atas ranah kebisingan
pelangi hanya dua warna
putih dan biru
langit hanya satu warna
merah
udara hanya satu rasa
gerah
sedang jalan hanya lubang-lubang kesengsaraan
bisik pekik melayang ke setiap telinga
tangis kehampaan meradang di pojok-pojok reruntuhan
ujung ke ujung tanpa henti
deru mesium berdentum
derik ekor ular gurun beku
kerlip bintang laun memudar
lenyap
ditelan pancaran kembang senapan
di langit dimensi tiga
kau gelar pertunjukannya
nyanyian sepi bidadari surga
warna-warni bocah ingusan tak berdosa
terkapar membelalak matanya
menggelombang bersama bayang-bayang masa depan
darah mengalir memenuhi tubuhnya
banjir tuhan menelannya
kami torehkan
dalam hari yang hambar
tak pernah tercium bau
wangi embun pagi
Shubuh yang dingin
Embun menyergap erat
Sedang di langit rembulan nampak semu menggelantung.
rumput senja yang penuh bubuk
pun mengalirkan aroma tak sedap
sedang para binatang neraka naik
menuju peraduannya
di atas bumi gaza
kami yang hidup antara bulan merah
kami yang hidup di atas ranah kebisingan
pelangi hanya dua warna
putih dan biru
langit hanya satu warna
merah
udara hanya satu rasa
gerah
sedang jalan hanya lubang-lubang kesengsaraan
bisik pekik melayang ke setiap telinga
tangis kehampaan meradang di pojok-pojok reruntuhan
ujung ke ujung tanpa henti
deru mesium berdentum
derik ekor ular gurun beku
kerlip bintang laun memudar
lenyap
ditelan pancaran kembang senapan
di langit dimensi tiga
kau gelar pertunjukannya
nyanyian sepi bidadari surga
warna-warni bocah ingusan tak berdosa
terkapar membelalak matanya
menggelombang bersama bayang-bayang masa depan
darah mengalir memenuhi tubuhnya
banjir tuhan menelannya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar