Tentang laut yang terbahak
Tentang langit yang menari
Tentang tanah yang bernyanyi
Segala bahagia lenyap sudah
Berhimpit detak awan dan angin
Waktu berkeliaran tak tentu
Menyapa ilalang yang gersang dari sudut kota itu
Inilah zaman keasingan
Di mana semesta lupa waktunya
Semesta yang pikun
Menelanjangi catatan-catatan astronomi
Memerkosa para ahli theologi
Dan
Menelan garis garis peredaran
(Laut terbahak tersendak-sendak
Langit menari tak tau diri
Tanah bernyanyi sesuka hati
Bagai purnama di siang telanjang
Bagai pelangi di shubuh hari)
Oo siang yang dangkal
Tangismu disaksikan bebatuan
Nafasmu mengunyah dedaunan
Memisahkan percumbuan ular berpantat tebal
Yang tak hirau akan nalar pikiran
Oo malam yang dalam
Kau hadir sebagai lakon tak diundang
Dengan mata keranjang
Mencumbu bibir siang
Yang belum genap umurnya
Lalu,
Dengan kuat kau meniduri dan menghimpitnya
Seperti malam pertama jejaka tua
Inilah zaman keasingan
Di mana semesta lupa waktunya
Langit bagai kertas percetakan
Muncul berjuta catatan dan lautan warna
Merias wajah bahagia
jadi kalut penuh duka
Semarang 1206009
 
 

memang seperti inilah keadaan dunia kita....
BalasHapus